Monday, 25 November 2013

RAPUHNYA PENGAKUAN PENGIKUT SYEKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB SEBAGAI PENGIKUT ULAMA' SALAF.

يقول النجدي ابن عبد الوهاب في رسالة الى قاضي الدرعية عبد الله بن عيسى "وأنا ذلك الوقت لا أعرف معنى "لا 

إله الا الله" ولا أعرف دين الاسلام،
قبل هذا الخير الذي مَنَّ الله به، وكذلك مشايخي ما منهم رجل عرف ذلك. فمن زعم من علماء العارض أنه عرف معنى "لا اله الا الله"
أو عرف معنى الاسلام قبل هذا الوقت، أو زعم عن مشايخه أن أحداً عرف ذلك، فقد كذب وافترى ولبّس على الناس ومدح نفسه بما ليس فيه".
تاريخ نجد لابن غنام ، ص 310 .

Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab berkata kepada qadli daerah al-Dir’iyyah, yakni Abdullah bin ‘Isa:
“Aku pada waktu itu tidak mengerti makna LA ILAHA ILLALLAH dan tidak mengerti agama islam, sebelum kebaikan yang dianugerahkan oleh Allah. Demikian pula guru-guruku, tidak seorang pun diantara mereka yang mengetahui hal tersebut. Barang siapa yang berasumsi diantara ulama’ Aridh (Riyadh) bahwa ia mengetahui makna LA ILAHA ILLALLAH atau mengetahui makna islam sebelum waktu ini, atau berasumsi bahwa diantara guru-gurunya ada yang mengetahgui hal terseut, berarti ia telah berdusta, mereka-reka (kebohongan), menipu manusia dan memuji dirinya dengan sesuatu yang tidak dimilikinya.” (Tarikh Najd hal 310m karya Ibn Ghunnam) dan (al-Durar al-Saniyyah Fi al-Ajwibat al-Najdiyyah jilid 10 hal 5)

Dalam kitab Kasyf al-Syubuhat hal 29-30, Syekh Muhammad bin Addul Wahhab berkata:
 “Ketahuilah bahwa kesyirikan orang-orang dulu lebih ringan dari padakesyirikan orang-orang masa kita sekarang ini.”
Maksudnya, kaum muslimin diluar golongannya itu telah syirik semua. Kesyirikan mereka melebihi kesyirikan orang-orang jahiliyyah.

Dalam kitab al-Durar al-Saniyyah fi al-Ajwibah al-Najdiyyah juz 3 hal 56 yang di takhqiq oleh Syekh Abdurrahman bin Muhammad bin Qasim, ulama’ salafi kontemporer, ada pernyataan Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab, “Bahwa ilmu fiqh dan kitab-kitab fiqh madzhab empat yg diajarkan oleh para ulama’ adalah ilmu syirik, sedangkan para ulama’ yang menyusunnya adalah syetan-syeta manusia dan jin”.
Pernyataan ini jelas merupakan pembatalan dan pengkafiran terhadap kaum muslimin yg mengikuti madzhab fiqh empat yang notabenenya adalah mayoritas kaum muslimin.

Pengkafiran terhadap kaum muslimin terus dilakukan oleh ulama’ wahhabi/salafi dewasa ini. Dalam kitab Kaifa Nafhamu al-Tauhid, karya Muhammad bin Ahmad Basyamil, disebutkan:
“Aneh dan ganjil, ternyata Abu Jahal dan Abu Lahab lebih banyak tauhidnya kepada Allah dan lebih murni imannya kepadaNya dari pada kaum muslimin yg bertawassul dengan para wali dan orang-orang saleh dan memohon pertolongan dengan perantara mereka kepada Allah. Ternyata Abu Jahal dan Abu Lahab lebih banyak tauhidnya dan lebih tulus imannya dari mereka kaum muslimin yang mengucapkan tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad Rasul Allah."

Bagaimana tanggapan para ulama’ mengenai faham yang diajarkan oleh syekh Muhammad bin abdul wahhab???

Syekh Sulaiman bin Abdul Wahhab, kakak kandung syekh Muhammad bin Abdul Wahhab berkata dalam kitab al-Shawa’iq al-Ilahiyyah fi al-Radd ‘ala al-Wahhabiyyah hal 5:
“Hari ini menusia mendapat ujian dengan tampilnya seseorang yang menisbatkan dirinya kepada alqur’an dan al-sunnah dan menggali hukum dari ilmu-ilmu alqur’an dan sunnah. Ia tidak peduli dengan orang-orang yang berbeda dengannya. Apabila ia diminta membandingkan pendapatnya terhadap para ulama’, ia tidak mau. Bahkan ia mewajibkan manusia mengikuti pendapat dan konsepnya. Orang yg menyelisihinya dianggap kafir. Padahal tak satupun syarat-syarat dari ijtihad ia penuhi, bahkan DEMI ALLAH, 1% pun ia tidak memilikinya. Meski demikian, pandangannya laku dikalangan orang-orang awam. Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un”.

Begitu pula dalam kitab al-Shuhub al-Wabilah ‘Ala Dharaih al-Hanabilah (kitab yg memuat biografi para ulama’ madzhab hanbali) karya al-Imam Muhammad bin Abdullah bin Humaid al-Najdi ditutrkan:

Abdul Wahhab bin Sulaiman al-Tamimi al-Najdi, adalah ayah pembawa dakwah wahhabiyah, yang percikan apinya telah tersebar di berbagai penjuru. Akan tetapi antara keduanya terdapat perbedaan. Padahal Muhammad (pendiri wahhabi) tidak terang-terangan berdakwah kecuali setelah meninggalnya sang ayah. Sebagian ulama’ yang aku jumpai menginformasikan kepadaku, dari orang yang semasa dengan Syekh Abdul Wahhab ini, bahwa beliau sangat murka kepada anaknya, karena ia tidak suka belajar ilmu fiqh seperti para pendahulu dan orang-orang di daerahnya. Sang ayah selalu berfirasat tidak baik tentang anaknya pada masa yang akan datang. Beliau selalu berkata kepadsa masyarakat, “Hati-hati, kalian akan menemuka keburukan dari Muhammad.” Sampai ahirnya takdir Allah benar-benar terjadi. Demikian pula putra beliau, Syekh Sulaiman (kakak kandung syekh Muhammad bin Abdul Wahhab), juga menentang terhadap dakwahnya dan membantahnya dengan bantahan yang baik berdasarkan ayat-ayat alqur’an dan hadits Nabi. Syekh Sulaiman manamakan bantahannya dengan judul Fashl al-Khithab Fi al-Rdd ‘ala Muhammad bin Abdul Wahhab,

sangat mengherankan, bagaimana mungkin seorang kakak tega menentang dan membantah adiknya sendir jka memang benar sang adik adalah pengikut salafussholih yang taat????!!!!!
apakah karena iri?? Subhanallah, itu adalah tuduhan yang amat keji untuk para ulama. Bahkan bukan seorang ulama’ pun justru merasa bangga jika adiknya bisa menjadi orang hebat, terlebih dalam bidang agama.

Dalam kitab tersebut al-Imam Muhammad bin Abdullah bin Humaid al-Najdi menuliskan biografi tidak kurang dari 800 ulama’ madzhab hanbali, tapi anehnya nama syekh Muhammad bin Abdul Wahhab tidak tercantum, justru yang tercantum adalah ayahnya. Jika benar klaim dari para pengikut salafi/wahhabiy bahwa syekh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah seorang mujaddid, seorang pembahru, sudah pasti sangat janggal, aneh dan sulit dipercaya, bagaimana munkin ulama’ dengan level langka (mujaddid) bisa tidak dicantumkan dalam kitab tersebut padahal ulama’-ulama’ dengan level di bawahnya banyak sekali dicantumkan.
       Sebagai info: mujaddid adalah ulama’ yang selevel denganmjtahid tarjih, ulama’ yang berada 3 level dibawah mujtahid mutlak seperti imam syafi’i atau pun ahamad bn hanbal. Sedang kita, mayoritas umat muslim adalah orang2 yg berada 3-4 level dibawah mujaddid. Jika kita melihat empat madzhab secara keseluruhan, dalam masing2 madzhab, ulama’ yang mencapai level mujaddid tidak menyentuh angka dua digit. Artinya, mujaddid dalam setiap madzhab 4 tidak sampai sepuluh orang. Jumlah yang sangat sedikit jika kita melihat bahwa dalam kitab tersebut menuturkan 800 ulama’. So, sudah jelas sekali bahwa klaim bahwa syekh muhammad bin abdul wahhab adalah seorang mujaddid hanyalah klaim sepihak dari para pengikutnya, terbukti para ulama’ yang tidak menjadi pengikutnya tak ada satu pun yang mengakui keilmuannya.

No comments:

Post a Comment